Rabu, 10 April 2013

Aplikasi SIG DALAM Bidang Kelautan Dan Perikanan


PENGGUNAAN SISTEM INFORMASI DI DALAM BIDANG PERIKANAN DAN KELAUTAN

TUGAS PERKULIAHAN

OLEH :
LIHARDO SINAGA
110302063
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN




MATA KULIAH SISTEM INFORMASI PERIKANAN
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013





BAB I
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang

SIG merupakan sistem informasi spasial berbasis komputer yang mempunyai fungsi pokok untuk menyimpan, memanipulasi, dan menyajikan semua bentuk informasi spasial. SIG juga merupakan alat bantu manajemen informasi yang berkaitan erat dengan sistem pemetaan, analisis dan pengolahan data terhadap segala sesuatu informasi yang terjadi di muka bumi dan bereferensi keruangan (spasial). Data yang ada diolah dalam suatu basis data. Sistem informasi geografi bukan sekedar sistem komputer untuk pembuatan peta, melainkan juga merupakan alat analisis. Keuntungan alat analisis adalah memberi kemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta. SIG merupakan alat yang dapat digunakan untuk menunjang pengelolan sumberdaya yang berwawasan lingkungan. Pemanfaatan teknologi dalam perikanan tangkap dapat mempermudah dalam operasi penangkapan ikan. Penghematan waktu dalam pencarian fishing ground yang sesuai. Dengan aplikasi sistem informasi geografis dalam perikanan tangkap diharapkan dapat mengurangi operating cost dari kapal ikan, merencanakan management yang efektif bagi sumberdaya perikanan laut, evaluasi potensi sumberdaya perikanan laut (Syafrudin, 2002).
Semakin berkembanganya teknologi maka semakin mempermudah manusia dalam melakukan sesuatu dan begitu juga dalam bidang budidaya. Aplikasi SIG dalam bidang perikanan khususnya pada sistim informasi perikanan  telah banyak dilakukan di banyak negara termasuk di Indonesia.  Aplikasi SIG dalam sistim informasi perikanan  khususnya pada pemetaan kelayakan lokasi budidaya (kelayakan lokasi budidaya tambak, kelayakan lokasi KJA, kelayakan lokasi budidaya rumput laut dan sebagainya), peta daerah potensil penangkapan ikan, peta tataruang wilayah pesisir. Aplikasi pengindaraan jarak jauh ini juga digunakan untuk menentukan DAS (daerah aliran sungai) dengan maksud untuk menjaga keberlangsungan kawasan tersebut sebagai daerah penyangga bagi debit sungai yang melaluinya. Sumberdaya alam berupa lahan bersifat terbatas dan cenderung akan mengalami penurunan. Karena sifatnya yang langka dan terbatas ini, maka pemerintah, pihak swasta maupun masyarakat perorangan sebagai stakeholder, akan mengalami kendala dalam mengambil keputusan tentang pemanfaatan lahan secara optimal. Pengambilan keputusan dalam pemanfaatan penggunaan lahan di DAS harus dilakukan secara teliti dan hati-hati berdaarkan data yang akurat dan teknik yang tepat agar pola penggunaan lahan yang dilakukan bersifat optimal dan efisien (Leo, 2008).
 Pada dasarnya setiap ikan mempunyai kriteria-kriteria lingkungan tersendiri untuk kenyamanan hidupnya. Ikan Tuna tergolong jenis scombrid yang sangat aktif dan umumnya menyebar di perairan yang oseanik sampai ke perairan dekat pantai, territorial dan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Keberadaan tuna di suatu perairan sangat bergantung pada beberapa hal yang terkait dengan spesies tuna, kondisi hidrooseanografi perairan. Pada wilayah perairan ZEE Indonesia, migrasi jenis ikan tuna di perairan Indonesia merupakan bagian dan jalur migrasi tuna dunia karena wilayah Indonesia terletak pada lintasan perbatasan perairan antara samodera Hindia dan samodera Pasifik. Kelompok ikan tuna merupakan jenis kelompok ikan palagis besar, yang secara komersial di bagi atas kelompok tuna besar dan tuna kecil. Tuna besar terdiri dari jenis ikan tuna mata besar (bigeye – thunnus obesus), medidihang (yellowfin – Thunnus albacares), tuna albakora (albacore – thunnus alalunga), tuna sirip biru selatan (southem blue-fin – thunnus maccoyii) (Siswanto, 2007).
Data atau informasi geografi, yang diturunkan dari peta-peta tematik, penelitian, pengukuran di lapangan, atau kumpulan data statistik yang dikumpulkan oleh institusi-institusi pemerintah (termasuk data sensus di dalamnya), pada umumnya mengandung lebih dari satu atribut yang diasosiasikan dengan lokasi spasialnya. Sebagai contoh, properties jenis tanah yang menjadi daya tarik  studi-studi sumberdaya lahan pada umumnya adalah tipe, warna, tekstur, kandungan organik, derajat keasaman (pH), dan lain sebagainya. Atribut-atribut tambahan ini disebut sebagai entities non-spasial (aspasial) dari basisdata spasial. Basisdata pasial mendeskripsikan sekumpulan entity baik yang memiliki lokasi atau posisi yang tetap maupun yang tidak tetap (memiliki kecenderungan untuk berubah, bergerak, dan berkembang). Tipe-tipe entity spasial ini memiliki properties topografi dasar yang meliputi lokasi, dimensi, dan bentuk (shape). Hampir semua SIG memiliki campuran tipe-tipe entity spasial dan non-spasial. Tetapi, tipe-tipe entity non-spasial tidak memiliki property topografi dasar lokasi (Yunike, 2001).
Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan. Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari bidang perikanan akan sangat besar sekali. Menurut Kusyanto (2001) potensi sumber daya perikanan di Indonesia adalah 6.1 juta ton per tahun dan baru termanfaatkan sekitar 57%. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada. Pemanfaatan suatu teknologi seperti Sistem Informasi Geografis untuk perikanan di harapkan dapat mampu memberikan suatu gambaran dan suatu tampilan spasial tentang sumber-sumber atau spot-spot perikanan di wilayah indonesia yaitu dengan menggabungkan faktor-faktor lingkungan yang mendukung tempat hidup dan berkumpulnya berbagai jenis ikan tersebut sehingga dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan hasil penangkapan ikan (Evalina, 1992).
1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dilakukannya pembuatan aplikasi SIG dalam bidang kelautan dan perikanan adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui ikan di laut berada dan kapan bisa ditangkap
2.      Jumlah yang berlimpah merupakan pertanyaan yang sangat biasa didengar.
3.      Meminimalisir usaha penangkapan dengan mencari daerah habitat ikan, disisi biaya BBM yang besar, waktu dan tenaga nelayan
4.      Mengetahui area dimana ikan bisa tertangkap dalam jumlah yang besar



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 

Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan suatu daerah penangkapan ikan (DPI) yang layak untuk dapat dilakukan operasi penangkapan ikan. Pada umumnya nelayan membutuhkan waktu yang cukup lama dalam mencari schooling ikan, karena dalam menentukan daerah penangkapan ikan hanya berdasarkan intuisi/insting sehingga tidak efektif karena hasil tangkapan tidak pasti. Pendugaan daerah penangkapan ikan dapat didekati dengan mencari indikator-indikator yang dapat mempengaruhi daerah penangkapan ikan. Indikator tersebut antara lain adalah SPL dan kesuburan perairan (yang diamati dari kandungan klorofil di laut). SPL dan konsentrasi klorofil-a dapat diestimasi dengan teknik penginderaan jauh, dimana saat ini akurasi estimasi konsentrasi  klorofil-a dengan menggunakan algoritma global untuk perairan lepas pantai adalah 70%, sedangkan untuk SPL lebih tinggi tingkat akurasinya (Muklhis, 2008).

Gambai 1: Teknologi Pengindraan jauh dalam pemanfaatan zonasi penagkapan ikan

Salah satu Kabupaten yang  terdapat di propinsi Kepulauan Riau dengan wilayah pesisir yang cukup luas adalah Kabupaten Natuna. Kabupaten ini memiliki beberapa gugusan pulau, yaitu; gugusan Jemaja, gugusan Anambas dan gugusan Bunguran. Gugusan kepulauan Bunguran terdiri dari Pulau Bunguran Besar, Pulau Midai, Pulau Subi dan Pulau Serasan. Sebagaimana daerah kepulauan lainnya di Indonesia, beberapa komponen masyarakat yang tinggal dan berdomisili di wilayah Kabupaten Natuna menggantungkan hidupnya dengan melakukan aktifitas di bidang perikanan, baik itu penangkapan maupun budidaya. Aktifitas ini umumnya memliki sentra di desa-desa yang terdapat diwilayah pesisir (Syofyan, 2010).


Gambar 2 : Peta daerah pesisir Kabupaten Natuna Riau

Pentingnya database bagi system informasi kelautan dan perikanan Indonesia tidak dapat diragukan lagi. Database telah menjadi isu sentral dalam pemberdayaan system informasi perikanan di negara kita.Untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan kita yang cukup besar diperlukan adanya system daya yang sistematis, lengkap dan terpadu seperti data perikanan tangkap dan data lingkungan laut. Data tersebut dapat digunakan  untuk mempelajari secara selektif berapa besar potensi stok ikan yang kita miliki, dimana stok ikan tersebut bias ditangkap dan kapan musim ikan tersebut akan berlimpah (Zainuddin, 2006).
Dulu, pengembangan SIG dimulai dari awal sekali (nol), dengan menggunakan tools yang sangat terbatas baik jumlah maupun kemampuannya seperti sistem operasi dan compilers untuk bahasa pemrograman komputer yang digunakan untuk mengembangkan tools SIG pada saat itu. Tetapi pada saat ini, SIG dikembangkan dengan menggunakan sistem-sistem manajemen basis data (DBMS) yang telah lahir sebelumnya. Dengan menggunakan software GIS (system informasi geografi), daerah potensial ikan tuna dapat dideteksi dari indikator lingkungan yang suitable (cocok) dengan menggunakan peta prediksi sederhana dan peta kontur. Kemudian daerah itu diperjelas (Enhancement) menggunakan peta peluang (Environmental probability map) dari gabungan faktor-faktor lingkungan dan data perikanan.  Potensial habitat ini selanjutnya diuji menggunakan model statistik untuk memastikan dan memprediksi daerah penangkapan yang produktif.  Dan, dari hubungan kelimpahan ikan dengan indikator faktor lingkungan yang sesuai digunakan untuk mensimulasikan jalur migrasi ikan tuna dengan basis database dari suhu lingkungan (Yunike, 2001).
Masalah yang umum dihadapi adalah keberadaan daerah penangkapan ikan yang bersifat dinamis, selalu berubah/berpindah mengikuti pergerakan ikan. Secara alami ikan akan memilih habitat yang lebih sesuai, sedangkan habitat tersebut dipengaruhi oleh kondisi oseanografi perairan. Dengan demikian daerah potensi penangkapan ikan dipengaruhi oleh faktor oseanografi perairan. Kegiatan penangkapan ikan akan menjadi lebih efisien dan efektif apabila daerah penangkapan ikan dapat diduga terlebih dahulu sebelum armada penangkapan ikan berangkat dari pangkalan. Salah satu cara untuk mengetahui daerah potensial penangkapan ikan adalah melalui studi daerah penangkapan ikan dan hubungannya dengan fenomena oseanografi secara berkelanjutan. Dengan menggunakan SIG gejala perubahan lingkungan berdasarkan ruang dan waktu dapat disajikan, tentunya dengan dukungan berbagai informasi data, baik melalui survey langsung maupun dengan penginderaan jarak jauh (INDERAJA). Proses perubahan lingkungan perairan  tersebut menjadi studi dalam penentuan  ”Daerah Penangkapan Ikan” (Syafrudin, 2002).
Dunia kelautan merupakan dunia yang sangat dinamis, disini hampir semunya bergerak kecuali dasar lautan . Di wilayah yang merupakan bagian bumi terbesar ini, terdapat banyak sumber daya alam yang bisa menghasilkan pendapatan yang tinggi untuk suatu daerah atau pemerintahan, contohnya adalah sumber daya ikan. Indonesia merupakan suatu negara yang sangat luas dan memiliki sumber daya perikanan yang sangat besar juga. Dengan luas lautan sekitar 5,8 juta km2 dan panjang pantai kurang lebih 81.000 km, maka potensi pendapatan ekonomi dari bidang perikanan akan sangat besar sekali. Kurangnya pemanfaatan teknologi dalam eksploitasi sumber daya ikan2 tersebut menyebabkan tidak optimumnya pemanfaatan sumber daya ikan yang ada (Selamat, 1994).



BAB III
PEMBELAJARAN


Keberhasilan usaha penangkapan ikan sangat ditentukan kemampuan fishing master untuk menduga daerah penangkapan yang potensial.  Banyak penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan dipengaruhu kondisi parameterparameter oseanografi seperti suhu, salinitas, kandungan fitoplantok, arus dan faktor lainnya. Masing-masing jenis ikan mempunyai respon yang spesifik terhadap kondidi parameter-parameter oseanografi tersebut.  Sebagai contoh ikan tuna mata besar optimum tertangkap pada suhu 10-15 0 C, Salinitas 34.5-35.5 %o dan kandungan oksigen > 1ml/L. Penentuan daerah potensial penangkapan ikan berdasarkan input layer-layer faktor oseanografi. Permasalahannya hingga saat ini, kriteria yang spesifik terhadap jenis ikan tertentu belum banyak diteliti. Parameter oseanografi yang dapat diturunkan dari sensor satelit maupun hasil observasi lapang seperti suhu, kandungan klorofil, tinggi paras laut (Juanda, 2003).


Gambar 3 : Overlay faktor-faktor oseanografi untuk penentuan fishing ground

Aplikasi SIG berlajan sangat lamban berkembang di sektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut ditunjukkan  komponen yang  harus diperhatikan ketika menerpkan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan.


Gambar 4 : Komponen yang bekerja dalam aplikasi SIG untuk
perikanan dan kelautan

Pada umumnya untuk aplikasi di darat wilayah GIS hanya memperhatikan komponen 1, 2 dan 4, sedangkan untuk kelautan dan perikanan juga harus memperhatikan aspek 3, 5, 6, dan 7.  Hal ini disebabkan karena aktivitas perikanan dan kelautan dilakukan dalam lingkungan atau tata ruang 3 dimensi dan juga merukan lingkungan yang sebagian besar adalah dalam keadaan terus bergerak (dinamis).  Sebagai gambaran Meaden (2000) menunjukkan hasil penelusurannya mengenai publikasi yang menggunakan SIG untuk bidang perikanan dan kelautan.


Gambar 5 : Publikasi Aplikasi SIG untuk Perikanan dan
Kelautan

            a.       Site selection atau pilihan untuk budidaya laut
Hal ini merupakan awal untuk menggunakan GIS dalam bidang perikanan. Hal ini umumnya dilakukan di ruang skala kecil, namun sebenarnya dapat digunakan dalam skala besar.  Pemilihan lokasi ini menjadi penting karena semakin banyaknya hambatan yang dihadapi dalam budidaya laut dan payau, misalnya masalah penyakit ikan secara massal di beberapa negara seperti Thailand,Sri Lanka, Indonesia dan banyak penyakit wabah lainnya yang dapat menyebabkan masalah dalam perikanan budidaya.


Gambar 6 : Budidaya Udang Potential in Central, Western
Sri Lanka.

            a.      Analisa dan usaha perikanan tangkap.
Manajer Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat dianalisis dengan SIG. Jelas menangkap dapat dijelaskan dalam kaitannya dengan berbagai lingkungan parameter, atau dalam hal siklus hidup ikan. Gambar 7  memperlihatkan lokasi menangkap ikan pada bulan Januari di  satuan wilayah kecil pantai di Afrika Selatan.


Gambar 7 : Lokasi penangkapan ikan pelagis di sekitar
pantai Afrika Selatan

Peta lingkungan pantai didigitasi yang digunakan  sebagai peta dasar dalam SIG. Peta tematik lainnya juga didigitasi sebagai masukan dalam SIG seperti peta orisinil daerah penangkapan ikan (Contoh tertera pada Gambar 8). Peta-peta ini selanjutnya direlasikan dengan data atribut yang sesuai dalam tabel basis data.


Gambar 8 : Contoh peta orisinil daerah penangkapan
ikan yang akan didigitasi sebagai input
dalam SIG



BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN


1.1. Kesimpulan

1.      Sistem informasi geografi bukan sekedar sistem komputer untuk pembuatan peta, melainkan juga merupakan alat analisis.
2.      Keuntungan alat analisis adalah memberi kemungkinan untuk mengidentifikasi hubungan spasial diantara feature data geografis dalam bentuk peta.
3.      Salah satu faktor penentu keberhasilan dalam usaha penangkapan ikan adalah ketepatan dalam menentukan suatu daerah penangkapan ikan (DPI) yang layak untuk dapat dilakukan operasi penangkapan ikan.
4.      Aplikasi SIG berlajan sangat lamban berkembang di sektor perikanan dan kelautan, hal ini disebabkan kompleksitas proses yang terjadi di laut ditunjukkan  komponen yang  harus diperhatikan ketika menerpkan SIG dalam sektor perikanan dan kelautan.
5.      Manajer Perikanan akan tertarik dimana usaha perikanan terkonsentrasi; dimana jumlah ikan yang tertangkap banyak; apa hubungan antara menangkap dan usaha, dll, dan banyak hal menarik yang berhubungan dengan usaha perikanan tangkap dapat dianalisis dengan SIG.
6.      Penentuan daerah potensial penangkapan ikan berdasarkan input layer-layer faktor oseanografi.
1.2.  Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan hasil tangkapan terhadap faktor oseanografi lainnya seperti salinitas dan arus.



BAB V
DAFTAR PUSTAKA


Evalina, B., 1992. Aplikasi SIG Pada Dunia Kelautan. http://regional.coremap.com (Diakses pada tanggal 5 April 2013).
Leo, P., 2008. Penerapan SIG Dalam Basis Perikanan. http://eprintisUNDIP.ac.id (Diakses pada tanggal 5 April 2013).
Mukhlis, 2008. Pemetaan Daerah Penangkapan Ikan. http://www.itb.ac.id (Diakses pada tanggal 5 April 2013).
Selamat, N., 1994. Penerapan SIG Di Berbagai Bidang. http://ebookuniverse.net (Diakses pada tanggal 5 April 2013).
Siswanto, A.N., 2007. Manfaat SIG dalam Bidang Perikanan Nasional. http:/ipk.fptk.ac.id (Diakses pada tanggal 6 April 2013).
Syafruddin, 2006. Aplikasi Sistem Pengindraan Jauh Dalam Bidang Kelautan. http://saribumikusuma.net (Diakses pada tanggal 6 April 2013).
Sofyan, I., 2010. Alikasi Sistem Informasi Geografis Dalam Penentuan Kesesuaian Kawasan Keramba Jaring. http://diglib.it.ac.id (Diakses pada tanggal 7 April 2013).
Yunike, 2001. Pelatihan Tugas Teknis Kapal. http://regional.coremap.com (Diakses pada tanggal 7 April 2013).
Zainuddin, M.H., 2006. Data Base Informasi Penelitian Kelautan Dan Perikanan. http://itk.fpik.ipb.ac.id (Diakses pada tanggal 7 A pril 2013).







































2 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..
    btw nama website GIS nya ap?

    BalasHapus
  2. Waaah menarik sekali infonya kak, GIS sangat membantu sekali dalam perkembangan teknologi khususnya bagi para nelayan dan pengusaha ikan. Dengan adanya GIS mereka bisa terbantu dengan informasi-informasi wilayah dimana banyaknya ikan dan kapan waktu yg tepat. bagi saya dengan adanya GIS ini juga membantu dan menjaga ekosistem laut. Terima Kasih Postnya, ditunggu post selanjutnya

    oh ya kunjungi website saya ya https://putri-kurniawan.mahasiswa.atmaluhur.ac.id
    dan website kampus saya http://www.atmaluhur.ac.id

    BalasHapus